Nggak Ngaji Nggak Trendy

Halah, ini kan semboyannya program [klinik] gaulislam yang kita geber saban Rabu abis shubuh di Radio KISI 93.4 FM Bogor ya? Hehe.. bener Bro, ini sengaja kita jadikan judul buletin gaulislam edisi ini. Biar mantaplah. Soalnya, kita masih sering ketemu sama temen-temen yang lebih asyik ngomongin dandanan, gaul soal film terbaru, konser musik, berbusa-busa bahas kehidupan selebriti, gitu lho. Untuk apa tujuan mereka ngobrolin semua itu? Konon kabarnya biar disebut anak gaul dan ngetren. Sementara kalo urusan ngaji mah dibilangnya kampungan dan jatahnya orang yang udah TOP alias Tua Ompong Peot. Glodak!

Bro en Sis, udah saatnya deh kita percaya diri bilang kalo ngaji adalah bagian dari tren saat ini. Saat ini emang banyak orang udah stres dengan kehidupan dunia. Stres cari duit, stres pengen terkenal, stres pengen naik jabatan, stres dengan tekanan target pekerjaan dan bentuk-bentuk tekanan jiwa lainnya, Itu sebabnya, sebenarnya orang udah mulai senang lho ngaji. Seneng kumpul-kumpul bahas persoalan agama. Mereka banyak yang yakin kok bahwa kembali kepada ajaran agama adalah obat antistres. Insya Allah. Semoga demikian. So, itu artinya pula, sebenarnya kalo orang nggak ngaji saat ini, bisa dibilang nggak trendy dong ya? Hmm.. betul betul betul.


Oya, meski demikian, tetap aja lho ada temen kita yang masih ragu untuk ngaji. Ngerasa belum maksimal dalam niat, dan yang pasti banyak banget godaannya. Sehingga akhirnya sedikit demi sedikit mulai malas ngaji dan akhirnya bukan tak mungkin nggak ngaji sama sekali. Waduh!

Beratnya godaan
Saat masih belum ngerti tentang Islam, apalagi tentang dakwah, saya masih merasa bahwa godaan itu hanya ada pada diri orang yang lemah iman. Eh, ternyata yang sudah mulai baikan pun, godaan tetap saja ada. Di masa Rasulullah saw. ada kisahnya lho. Telah diriwayatkan bahwa ‘Umar bin Khathab ra. mendatangi Rasul dengan membawa naskah (sepucuk tulisan) Taurat lalu ia berkata: “Wahai Rasulullah ini adalah tulisan Taurat, lalu Rasul diam. Lalu ‘Umar membacanya, maka berubahlah raut muka Rasulullah kemudian Beliau bersabda: “Demi dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, seandainya Musa as. masih hidup lalu kalian mengikutinya dan meninggalkan aku sungguh kalian telah sesat dari jalan yang lurus, seandainya ia (Musa) masih hidup dan mengetahui kenabianku sungguh ia akan mengikuti aku.” (HR ad-Darimiy dalam as sunan no. 436)

Kenapa Rasululllah saw. marah? Ini untuk membuktikan bahwa ketika sudah masuk Islam, kita nggak boleh lagi menjadikan ajaran lain sebagai aturan. Dekat-deket aja dan mempelajari ajaran mereka tanpa ilmu yang cukup bisa nggak boleh lho. Why? Ya, karena khawatir kita tergoda. Kan banyak kasus orang yang tertipu dengan ide selain Islam. Ada yang tergoda karena harta, ia belajar Islam tapi untuk ngancurin Islam. Ada yang dikasih beasiswa untuk kuliah hingga dapat gelar master atau doktor, tapi syaratnya harus ikut rencana para donatur tersebut dalam rangka menghancurkan ajaran Islam. Lha, kalo sampe kita tergoda demi harta dan status sosial dengan cara ninggalin ajaran agama, namanya kacau, Bro. Biarlah kita banyak harta yang penting tetap beriman. Beu… kalo itu sih ideal dong namanya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita juga mungkin udah ngalamin ya gimana beratnya kalo godaan datang menghampiri. Lagi enak-enak puasa, ada yang nawarin makanan dan minuman. Lagi seneng-senengnya belajar, ada teman yag ngajakkin main PS. Hati dan pikiran kita semangat mengkaji ilmu Islam, eh ada orang nawarin liburan ke Ancol gratis. Termasuk ketika kita udah merasa enjoy ikut ngaji dan mencoba sedikit demi sedikit berani untuk berdakwah, nggak tahunya ada orang iseng nyebar isu kalo pengajian yang kita ikuti adalah bagian dari jaringan teroris. Waduh!

Ya, kita harus siap ketika godaan itu datang. Jadikan sebagai ujian untuk  mengukur kualitas iman, takwa, dan komitmen kita. Tidak usah putus asa. Tak usah pula merasa ternistakan gara-gara memilih jalan perjuangan dakwah dan aktivis pengajian. Justru sebaliknya harus bangga. Hidup ini adalah anugerah. Nikmati sajalah.
Nih, D’Masiv mode “on” dalam lagu Jangan Menyerah:
tak ada manusia yang terlahir sempurna/ jangan kau sesali segala yang telah terjadi kita pasti pernah.dapatkan cobaan yang berat seakan hidup ini/tak ada artinya lagi syukuri apa yang ada. hidup adalah anugerah. tetap jalani hidup ini. melakukan yang terbaik
Oke deh, sebagai muslim, godaan itu memang bisa jadi ujian. Kita kaya dan miskin pun adalah ujian keimanan lho. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakanNya dan diberiNya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku.”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku.” (QS al-Fajr [89]: 15-16)
Semoga kita tetap sabar, tahan godaan dan tetap semangat jalani kehidupan dan jalan dakwah ini.

Percaya diri jadi anak ngaji
Jadi aktivis kudu optimis. Tampang pun boleh klimis meski jenggotnya tipis. Pakaian juga necis meski dompet selalu tipis. Ya, asal jangan sering meringis sampai tampangnya kayak teletubbies. Hehehe.. nggak ding. Kamu kudu tampil pede dengan predikat jadi aktivis masjid or kampus. Nggak boleh minder. Meski kadang cibiran, cemoohan termasuk sindiran suka mampir juga ke telinga para aktivis rohis. Dicap sok alim, sok suci, mau menang sendiri, nggak suka gaul, bahkan ‘bau surga’ lekat dengan anak rohis. Kalo yang puteri kebetulan lewat di tengah-tengah gerombolan cowok okem, suka diledekin dengan sapaan, “Assalamu’alaikum bu haji..”

Bro en Sis, menjadi aktivis rohis atau anak ngaji adalah pilihan bukan kebetulan. Jadi kamu kudu tahu betul risikonya. Sama seperti halnya anak funky dan okem, mereka juga udah memilih apa yang diinginkannya. Dan tentunya kudu tahu juga risiko yang bakalan diterima dari pilihannya itu. Jadi, kenapa musti minder, kita di jalan yang bener sobat. Uppss.. tapi inget, teman kita yang masih jahiliyah bukan berarti musuh kita, tetep kita anggap sebagai teman. Cuma, memang masih berada di tempat gelap aja. Jadinya, kita yang kudu nuntun. Okeh?

Nah, karena kita boleh dibilang dianggap beda sama teman-teman pada umumnya, maka gerak-gerik kita selalu aja jadi sorotan. Ada yang bangga, tapi nggak sedikit yang sinis. Itu biasa, romantika hidup sobat. Nggak seru rasanya kalo hidup cuma lurus-lurus aja. Hmm.. coba deh telusuri jalan tol, wuih jenuh banget deh rasanya. Jadi, kalo pun ada cibiran dan cemoohan dari kawan-kawan kita, anggap aja bumbu dalam kehidupan ini.

Anak masjid sering diidentikan dengan penampilan yang rada-rada beda, seperti memelihara jenggot, anak putrinya pakai jilbab, ilmu agamanya lumayan oke, dan perilakunya kalem. Terjun sebagai aktivis masjid sekolahan emang gampang-gampang susah. Gimana nggak, hampir setiap gerak-gerik kita pasti dalam pantauan teman dan guru. Uniknya lagi, pandangan miring dan lurus bisa aja ditujukan sama anak masjid ini. Nah, itulah kenapa gampang-gampang susah.

Ngaji? Enjoy!
Bro en Sis, mengkaji Islam itu menyenangkan lho. Jangan dianggap ngaji itu sebagai beban, sehingga terkesan kepaksa banget. Itu cuma faktor kebiasaan. Sama seperti ketika saya belum ngaji, saya enjoy dengan kebiasaan saya buang waktu dengan nonton film di bioskop, dengerin lagu-lagu dari Bedil Karo Kembang alias Guns N Roses (yang merupakan grup band favorit saya waktu itu). Kebiasaan seperti itulah yang saya lakukan hampir di setiap waktu luang.

Bayangkan, jika kita udah enjoy dengan kebiasaan kita, rasanya flow aja menjalaninya. Ngaji nggak bakalan membosankan sama seperti orang yang sudah menjadikan aktivitas memancing sebagai kebiasaannya (hehehe.. sambil ngelirak-ngelirik temen saya nih). Mereka bisa tahan berjam-jam nungguin ikan yang masuk perangkapnya.

Nah, kalo kamu memandang bahwa ngaji itu adalah sarana mencari ilmu, mungkin bakalan sutris duluan. Kenapa? Karena kalo “judulnya” dianggap sebagai aktivitas mencari ilmu, biasanya akan tergambar dalam pikiran kamu segala hal yang berkaitan dengan sesuatu berat dan perlu banyak mikir. Sekarang saya ubah pandangannya, bahwa ngaji itu mengasyikan sebagai sarana memperkaya wawasan kita tentang kehidupan. Beda nggak seh kalimat ini dengan sebelumnya: “mencari ilmu” dan “memperkaya wawasan kita tentang kehidupan”? Kalimatnya jelas berbeda dan “rasa bahasanya” berbeda pula, meski tujuan akhirnya bisa sama. Betul?

Oke deh, dengan ngaji, kita bakalan diperkaya dengan nilai gizi yang tinggi untuk pelajaran hidup kita. Wawasan kita bakalan bertambah, karena ngaji nggak cuma belajar tsaqafah (pengetahuan yang titik tolak pembahasannya adalah akidah), tapi juga belajar tentang makna hidup, tentang ukhuwah, tentang empati, tentang harga diri, tentang peduli, tentang pengorbanan, tentang kesetiaan, dan lain sebagainya. Semua itu bisa kita dapatkan dalam pengajian.

Ngaji, nggak cuma memperkaya akal kita dengan wawasan tentang berbagai pemikiran, tapi juga menghaluskan perasaan kita tentang berbagai sikap yang membuat ruangan di hati bisa menampung banyak hal yang indah. Ngaji juga selain mengembangkan kebiasaan kita mengkaji ilmu-ilmu berat, tapi juga menumbuhkan persahabatan yang nggak kenal kata putus.

Sobat muda muslim, jadikan ngaji sebagai kebiasaan dalam hidup kita. Nikmati saja dengan penuh kesenangan. Semua itu bisa kita ciptakan bersama teman pengajian lainnya. Ada canda-tawa, ada keseriusan meski tetap santai, tegur sapa, saling mengingatkan, saling menghargai dan menghormati. Wah, indah banget kan? So, mulai sekarang kita bilang: nggak ngaji nggak trendy. Sip deh! [solihin: osolihin@gaulislam.com]

Berjilbab Itu, Modern!

Satu kali, sebuah situs tentang cewek memberikan tips bagaimana caranya tampil PD dengan tank top meskipun lengan tangan besar. Saya pun merespon bahwa berpakaian menutup aurat (kerudung plus jilbab) adalah solusi cerdas bagi cewek tanpa harus meributkan ukuran lengan. Kelanjutannya adalah masing-masing bertahan pada pendapatnya. Situs tersebut menyatakan bahwa kita harus menghargai pilihan orang dalam memilih pakaian. Saya pun tidak keberatan karena pendapat tentang kerudung dan jilbab itu juga pendapat pribadi sebagai seorang perempuan.

Kamu masih ingat kan kasus temen-temen kita yang mengenakan kerudung sekitar tahun 90-an? Kalau nggak ingat, boleh kok tanya ke ortu, kakak atau tante kamu. Saat itu muslimah yang mengenakan kerudung diusir dari kelas beberapa sekolah negeri karena mempertahankan diri untuk menutup auratnya (wuih, baru pake kerudung aja dipermasalahkan, gimana kalo pake lengkap dengan jilbabnya ya?). Okelah, itu tahun jadul (jaman dulu). Kejadian paling baru pada bulan kemarin, yakni seorang wartawati sebuah stasiun televisi dilarang mengenakan kerudung ketika mewawancarai ibu presiden di istana. Ya, kita tahu sendirilah, ibu presiden kita kan nggak pake kerudung, apalagi berjilbab. Tetap kalo sampe pihak proteokoler istana ngelarang wartawati itu mengenakan kerudung saat mewawancarai ibu presiden namanya kebangetan. Hmm. ini mirip ketika presenter Sandrina Malakiano memutuskan mengenakan busana muslimah, dia malah dilarang tampil di layar televisi lagi dengan berbagai dalih. Herman, eh, heran deh!


So, dari beberapa contoh di atas bisa terlihat sebetulnya siapa yang tidak menghargai siapa. Apabila seseorang mengakui dirinya sebagai muslimah, maka sudah ada aturan khusus tentang tata cara berpakaiannya. Jadi tidak bisa semau gue atas nama kebebasan memilih atau bahkan memakai dalih HAM.

Cara berbusana cewek modern
Pembaca setia gaulislam, banyak orang salah mengira kalau modern itu adalah berpakaian yang mengumbar aurat. Tank top, rok mini, you can see (everything?), bahkan pusar pun diobral adalah gaya berbusana cewek modern. Orang yang berpendapat begini pasti sedang mabok. Coba deh kamu perhatikan film kartun Flinstone yang settingnya adalah zaman batu. Atau mungkin film Robin Hood dan Xena yang settingnya adalah zaman kuno abad pertengahan. Baju yang dipakai di sana sangat minim, hampir semua aurat terutama pemeran cewek diobral semua.

Terus, gimana dong dengan beberapa suku di Indonesia yang pakaian tradisionalnya adalah koteka semisal suku Asmat? Coba deh kamu lihat, bagaimana kehidupan dan tingkat berpikir suku tersebut. Seharusnya menjadi tugas bersama untuk membina suku-suku pedalaman yang masih awam terhadap Islam dan hukum menutup aurat. Bukan malah dijadikan tontonan sebagai aset pariwisata dengan alasan melestarikan budaya bangsa. Kasihan mereka. Bayangkan bila kamu yang di posisi mereka berpakaian, minim kemudian menjadi bahan tontonan. Pasti rasanya tak nyaman.

Tak ada orang yang bilang kalo mereka hidup di zaman modern. Yang ada adalah mereka hidup di zaman batu, kuno, jadul dan yang utama jahiliyah alias bodoh. Yang namanya modern adalah ketika manusia itu jelas bedanya dengan binatang yaitu ketika akalnya dimanfaatkan secara sempurna. Akal inilah yang menuntun manusia untuk mempunyai malu dan iman. Jika malu dan iman ada maka otomatis manusia akan memilih busana yang menutup aurat sebagai gaya berbusananya.

Hal ini pas banget dengan apa yang diperintahkan oleh Allah dalam QS an-Nur: 31 dan al-Ahzab: 59 bahwa kerudung dan jilbab adalah pakaian muslimah bila mereka keluar rumah. Rasional dan masuk akal, itulah ciri-ciri Islam. Termasuk juga dalam mengatur cara berbusana perempuan, Islam jauh lebih modern daripada agama ataupun ideologi dan budaya mana pun di dunia ini. Ini karena memang Islam diturunkan oleh yang Mahamenciptakan manusia sendiri, jadi Ia pula yang berhak mengaturnya.

Di atas semua itu, modern atau tidaknya seseorang bisa dilihat dari pola pikirnya. Pola pikir inilah yang akan menentukan pola sikap dia termasuk dalam hal memilih pakaian. Jadi meskipun gelar selangit, rumah di kawasan elit, mobil keluaran terbaru tapi memakai rok mini dan tank top, sudah langsung bisa dilihat kualitas pola pikirnya. Semua materi duniawi yang disebutkan tersebut cuma aksesoris saja, tidak menyentuh intinya.

Jilbab, pakaian modern
Boys and girls komunitas gaulislam, jilbab itu pakaian perempuan modern dan beradab. Dari busana ini pula, terlihat identitas seseorang apakah ia muslim atau bukan. Jilbab adalah pakaian takwa yang merupakan bukti tunduknya seorang hamba kepada penciptanya. Siapa saja yang memperolok pakaian takwa ini, itu artinya ia juga memperolok Sang Pencipta yang menurunkan aturan tersebut.

Tak jarang muslimah berjilbab mendapat cobaan berupa suara-suara miring semisal disebut ‘sok alim-lah’, ‘sok suci’, dan berbagai sebutan lainnya. Biar saja, Non. Daripada harus menjadi orang yang sok kafir dan menjadi pembangkang perintah Allah, itu jauh lebih buruk dan hina untuk dilakukan. Cuekkin saja komentar-komentar tak penting seperti itu.

Sedangkan bagi kamu yang masih belum berkerudung (apalagi belum berjilbab) karena satu dan lain hal, mulai saat ini niatkan dirimu untuk berubah. Kamu tak akan pernah tahu kapan tibanya sang ajal. Nggak usah menunggu berjilbab ketika sudah menikah. Atau bahkan ada juga yang bernazar untuk berjilbab ketika keterima di perguruan tinggi negeri (PTN). Lalu apabila tidak keterima di PTN, kewajibab berjilbab tersebut bisa gugur? Tentu saja tidak.

Yang namanya wajib ya wajib saja hukumnya, tidak usah menunggu persyaratan tertentu semisal kalau keterima di PTN. Bila pun misalnya cewek itu ketrima di PTN, maka itu artinya niatnya tidak karena Allah, tapi karena sekadar memenuhi nazar saja. Bukannya tidak mungkin, dia berjilbabnya juga setengah hati karena salahnya niat sedari awal. Di tengah jalan, ia akhirnya membuka jilbabnya dan kembali umbar aurat. Nggak banget deh!

Sobat muslim, berjilbab itu indah. Tapi bukan karena lantas terlihat indah ini kita mau berjilbab. Betapa banyak perempuan berkerudung karena setelah mematut diri di depan cermin, mereka merasa lebih cantik. Jadi ketika berkerudung (apalagi kalo sampe berjilbab) membuat dirinya tidak terlihat cantik, maka orang semacam ini tidak akan mau berjilbab. Banyak sekali ungkapan yang menyatakan enggan berjilbab karena pakaian tersebut hanya akan membuat dirinya terlihat gemuk dan tidak menarik. Meskipun tahu bahwa jilbab adalah perintah Allah, mereka lebih mementingkan apa kata manusia daripada kata-kata atau firman Allah. Semoga kamu bukan tipe perempuan seperti ini.

Berjilbab, mutiara dalam etalase
Pembaca setia gaulislam, perempuan berjilbab ibarat mutiara indah dalam etalase. Orang yang lalu-lalang bisa melihat tanpa bisa menyentuh, apalagi menodai. Mutiara ini hanya bisa dibeli dengan harga mahal dan seizin penjualnya. Tak jarang mutiara dalam etalase ini dilengkapi dengan kunci pengaman agar terjaga kemurniannya.

Bandingkan dengan perempuan yang tidak berjilbab. Mereka ini ibarat mutiara yang diobral di kaki lima. Semua orang tidak hanya bisa melihat, tapi juga menyentuhnya. Tak jarang tangan-tangan yang menyentuh mutiara tersebut ternyata bernoda sehingga membuat si mutiara tak lagi putih cemerlang. Cacat-cela pun hinggap di permukaannya yang indah. Bila si penjual lengah, bisa jadi ada maling yang menyusup dan mencuri mutiara itu dari tempatnya berada.

Ya, mutiara dalam etalase adalah muslimah berjilbab yang hanya bisa disentuh oleh laki-laki beriman yang berani mengucapkan akad nikah di depan wali dan saksi. Nama Allah sebagai jaminan bahwa laki-laki ini akan menjaga si muslimah hingga kelak dipertanggungjawabkan di hadapan pengadilanNya. Mutiara ini terjaga kehormatan dan harga dirinya, setara dengan upayanya untuk tunduk pada aturanNya pula.

Mutiara kaki lima, kita semua sudah tahu bagaimana nasibnya. Di antara kedua pilihan ini, muslimah cerdas pastilah tahu harus memilih yang mana. Karena sudah sunatullah bahwa Allah akan memasangkan wanita baik-baik dengan laki-laki yang baik pula, begitu sebaliknya (QS an-Nur: 36). Ini adalah janji Allah. Tapi seorang muslimah salihah bukan tujuan tersebut yang menjadi incarannya. Ridho Allah adalah segalanya di atas semua tujuan.

Jadi, mulai sekarang luruskan niatmu bila sebelumnya ada niat lain mengotori keputusanmu untuk berjilbab. Oya, kalo baru sebatas bisa berkerudung, tingkatkan untuk bisa mengenakan kerudung plus jilbabnya (semacam baju kurung yang longgar, lebar dan tebal). Yakin deh, niat-niat duniawi itu umurnya tidak bertahan lama. Betapa banyak muslimah yang berkerudung (termasuk yang mengenakan jilbabnya) karena sekadar ingin agar segera bisa bersuami, setelah nikah menanggalkan kerudungnya, termasuk jilbabnya. Karena tujuannya sudah tercapai, buat apalagi memakai kerudung dan jilbab? Naudzubillah.

Namun bila yang menjadi tujuan adalah ridho Allah semata, apa pun halangan dan rintangan yang menghadang karena keputusannya dalam berjilbab, hal itu tak akan menggoyahkannya. Sebaliknya, ia akan semakin tegar dalam mempertahankan identitasnya sebagai muslimah berjilbab.

Jadi sobat muda muslimah, jangan cuma berkerudung aja, tapi tingkatkan levelnya untuk juga berjilbab. Insya Allah, bakalan keren deh karena menunjukkan karakter positif seorang perempuan yang punya prinsip. Kamu tak akan pernah diombang-ambingkan oleh tren mode berbusana jahiliyah berkedok modern. Karena tren berjilbab adalah mode busana everlasting yang tak akan lekang oleh zaman. Oleh karena itu, tak ada pilihan lain bagi seorang perempuan yang sudah meng-azzamkan diri atau bertekad kuat menjadi seorang muslimah kecuali berbusana sesuai dengan yang ditentukan oleh Islam. So, ayo berjilbab mulai sekarang! Sip deh

Palestina Tanah Kita, Gaza Membutuhkan Kita!

Assalaamu’alaikum wr wb
Miris, sedih, kesal, geram, dan tentu saja marah setiap kali ada berita seputar kebiadaban Israel. Israel memang tak bisa dibiarkan. Mereka sudah menjajah dan merampok tanah Palestina. Aksi barbar yang dilakukan militer Israel terbaru adalah ketika mereka menembaki konvoi kapal dengan misi kemanusiaan untuk Gaza, Freedom Flotilla pada 31 Mei 2010 lalu dan menewaskan 16 orang dan puluhan relawan terluka. Dalam konvoi kapal itu ada sekitar 700 relawan dari 50 negara. 12 orang di antaranya ada WNI. Beragam profesi pula. Intinya, membawa bantuan media dan makanan untuk kaum muslimin di Gaza.

Bro, menyaksikan Palestina saat ini memang membikin sedih dan marah. Tapi kita tak bisa berbuat banyak. Jangankan kita, para pemimpin dunia Islam saja beraninya hanya mengutuk. Padahal, seharusnya mengirim ribuan pasukan untuk menghancurkan negeri Yahudi itu.

Padahal dulu, ketika penggagas negara Israel, Theodore Hertzl meminta tanah Palestina di tahun 1897, dia mendapatkan jawaban yang tegas dari Khalifah Abdul Hamid II,  “Tanah itu bukan milikku, tetapi milik ummatku.” Konon saking murkanya, sang khalifah juga meludahi wajah Hertzl. Merasa tidak mungkin mendapatkan Palestina, Hertzl kemudian melakukan kerja sama dengan Inggris untuk merampas tanah Palestina dan melakukan persekongkolan untuk memecat Abdul Hamid II dari jabatan Khalifah.

Palestina memang telah lama menjadi bagian tanah air kaum muslimin. Bahkan Baitul Maqdis pernah menjadi kiblat pertama kita sebelum dialihkan ke Ka’bah. Dan status Palestina sebagai milik umat Islam semakin kokoh melalui perjanjian yang dibuat Amirul Mukminin Umar bin Khaththab dengan orang-orang Kristen Palestina. Saat itu Khalifah Umar membuat perjanjian yang terkenal dengan nama Al Ihdat Al ‘Umariyyah (perjanjian Umar), yang berbunyi, “…atas nama Islam dan kaum Muslim. Isinya antara lain, ‘Tidak boleh seorang Yahudi pun tinggal bersama kaum muslimin di Baitul Maqdis.” (Ibnu Jarir Ath Thabari, Tarikhul Umam wal Muluk, pada judul “Iftitah Baitul Maqdis”—Penaklukan Baitul Maqdis).


Setelah Khilafah Islamiyyah (pemerintahan Islam) runtuh orang-orang Yahudi seperti mendapat angin untuk kembali mendapatkan tanah Palestina. Dengan dukungan Inggris, Amerika dan PBB mereka mendirikan negara Israel Raya. Anda bisa simak bagaimana para pentolan Yahudi ‘bersuara’ untuk mengesahkan tindakan brutal mereka dalam merampok tanah Palestina. “Negeri ini berdiri semata-mata akibat janji Tuhan sendiri. Oleh karena itu, meminta  pengakuan atas keabsahannya tentulah tindakan yang menggelikan,” teriak Golda Meir, PM wanita Israel pertama dengan sewotnya. “Negeri ini telah dijanjikan kepada kita dan karena itu berhak sepenuhnya atas tanah itu,” ujar Menachem Begin. Bro, beginilah orang yang berhasil menggiring Presiden Anwar Sadat ke meja perundingan Camp David yang penuh tipu daya Amerika dan Israel untuk membodohi rakyat Mesir dan kaum muslimin.

Satu suara dengan teman-temannya, Moshe Dayan, jenderal Israel yang terkenal keji dan selalu bermata satu berkomentar tak kalah menyakitkan, “Jika terdapat buku injili, serta bangsa injili, maka haruslah ada pula negeri injili,” Dan ada satu lagi pernyataan yang bikin ‘gerah’ kita, “Negeri ini merupakan rumah historis bangsa Yahudi,” demikian pernyataan dalam memorandum organisasi Zionis tahun 1919.
Tapi benarkah alasan mereka itu? Bohong besar! Dr. Roger Geraudy, seorang intelektual Nasrani asal Perancis yang kemudian masuk Islam, berkomentar, “Ia sama sekali tidak mempunyai keabsahan, baik secara historis, injili, maupun yuridis untuk berdiri di tempat yang ia tegakkan sekarang ini,” tegasnya dalam buku yang ditulisnya, The Case of Israel a Study of Political Zionism.

Jadi dengan demikian memang tanah Palestina itu adalah milik kita, bukan milik “bangsa kera” itu. Setiap jengkal dari tanah milik kaum muslimin tidak boleh dikuasi oleh orang-orang kafir. Nekat menjarahnya, berarti urusannya darah. Kita tegas aja, Bro!

Macho Ala Rasulullah

Siapa bilang ikhwan itu nggak boleh tampil macho? Bukan cuma Brad Pitt yang bisa gitu, kamu-kamu yang ikhwan juga bisa en boleh tampil macho. Berpahala lagi.
Sarung, koko, peci, dan jenggot. Itulah sekilas gambaran penampilan ikhwan pengajian. Terus terang aja banyak orang risih en males ngeliatnya. Kaum cowok yang aktif ngaji ini konon punya prinsip, “yang penting hati, bukan penampilan”. Nah, gara-gara prinsip itu mereka ogah dandan. Malah ada yang bilang kagak pantes kalau aktivis dakwah itu tampil kinclong. Para sufi aja ada yang display-nya kucel en dekil. Ini supaya nggak riya dan jadi takabur. Lagi-lagi, yang penting kan hatinya. Jagalah hati…
Dandan Nggak Haram!
Wuih kecian banget para cowok kalau emang betul berdandan itu haram. Makin banyak aja nanti orang yang benci sama ajaran Islam. Padahal sih ajaran aslinya nggak begitu. Jangan salah, Rasulullah saw. itu orang yang gentle, sikap ataupun penampilannya. Meski bersahaja tapi sosok Rasulullah saw. itu memikat perhatian banyak orang.
Nah, supaya kita nggak asal dandan, nggak asal berpendapat, mendingan kita cari tahu gimana sih Rasulullah saw. dan para sahabat berpenampilan. Mau kan tampil keren ala Rasulullah saw.? Nah, ini beberapa teladan dari beliau saw.
  • Bersih. Ini yang paling utama. Kata Beliau saw. “(Allah) itu Zatnya bersih dan Dia mencintai kebersihan,”(HR. Tirmidzi). Menjaga hati itu penting, tapi menjaga kebersihan juga perlu. Boys, tampil kucel, dekil, apalagi jorok bukan bagian dari kepribadian seorang ikhwan yang rajin ngaji. Jangan beralasan “yang penting hati” untuk menelantarkan kebersihan badan dan pakaianmu. What a shame, guys! Bukan cuma supaya enak dilihat, kebersihan juga jaga kesehatan kulitmu. Nggak asyik aja ngeliat ikhwan ngisi pengajian sambil garuk-garuk karena kurap en panu.? So, cuci pakaianmu setiap habis pakai, ganti pakaian dalam setiap hari, dan keramas biar nggak ketombean. Jangan takut dibilang rese soal pakaian, ini untuk kebersihan en tentunya dapat pahala.
  • Kuku. Man, bagian depan bodi kita yang lemot tapi keliatan, dan bisa bikin orang lain jijay itu adalah kuku kita. Kalau ikhwan kukunya item-item, mana tahan. Siapa yang percaya kalau kamu anak ngaji, kalau kukunya kotor. Biar ganteng tapi kukunya item, tetep aja jorok. “Fitrah itu ada 5 macam; berkhitan, mencukur rambut kemaluan, merawat kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak.”(HR. Bukhari dan Muslim).
  • Kumis en jenggot. Sebagian ulama bilang kalau berjenggot itu sunnah. Oke aja kalau kamu setuju dengan pendapat ini. Tapi jangan lupa perawatannya dan kerapiannya. Itu jenggot kudu bersih en rapi, jangan acak-acakkan apalagi sampai kutu bertelor di sana.
  • Bagian “dalam”. Penting banget kamu, para ikhwan, ngejaga kebersihan bagian dalam. Rasulullah saw. menyuruh kita untuk mencukur rambut kemaluan dan mencabuti bulu ketiak, nggak lain untuk kesehatan bagian “dalam” kita. Jangan lupa kebersihan pakaian dalam kudu diperhatikan. Ganti pakaian dalam setiap hari, apalagi kalau udah kena najis.
  • Mulut: bersih en segar. “Kalaulah tidak memberatkan umatku, akan aku perintahkan mereka bersiwak setiap akan shalat,” sabda Nabi saw. Tahu bersiwak? Sikat gigi, tahu! Dulu kebiasaan orang Arab untuk menjaga kebersihan dan kesegaran mulut adalah menyikat gigi mereka dengan kayu siwak. Kayu itu…Nah, sekarang udah banyak pasta gigi en sikat gigi dijual di pasaran, kamu bisa pilih. Pilihlah sikat gigi yang enak dipegang jadi nggak bakal slip saat kamu pake, dan bisa membersihkan sela-sela gigi. Kalau masih kurang pede dengan aroma mulut, nah pake aja mouthwash atau obat kumur. Syaratnya nggak mengandung alkohol. Sekarang udah ada kok di pasaran. Untuk jaga kebersihan dan kesegaran mulut bukan Cuma bersiwak, kamu juga kudu ngejaga makanan. Jangan deh makan makanan yang bikin mulut kamu bau naga, apalagi kalau ada acara rame-rame macam pengajian.
  • Wangi. Banyak sahabat yang bercerita kalau keringet Rasulullah saw. itu wangi kesturi atau cendana (misk). Nggak aneh karena beliau amat senang dengan aneka wewangian. “Malu, memakai wewangian, bersiwak dan nikah adalah sebagian dari perilaku para rasul,”(HR. Tirmidzi). Hmm jangan dulu ngebayangin iklan AXE Pulse yang ngegoda kaum wanita. Nggak ada hubungannya. Cos, seorang ikhwan memakai wewangian semata untuk mengikuti sunnah Rasulullah saw. Kalaupun bikin badan jadi seger, itu manfaatnya, bukan tujuan. Lagian, memalukan amat ada aktivis dakwah tapi menyebarkan aroma busuk. Bau bau bau bau ketek…
  • Bugar. Seorang ikhwan kudu bugar. Badannya tahan banting, sehat, dan gesit. Mirip iklan suplemen kebugaran ya? Nggak juga, soalnya ini dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat. Nabi Muhammad saw. itu fisiknya oke banget. Umar bin Khaththab boleh-lah jago bergulat, tapi kalau udah bertanding melawan Rasulullah saw., jawara Quraisy ini takluk. Bukan karena mengalah atau nggak enak ati, tapi emang karena fisik Rasulullah saw. itu prima banget.[januar]
[pernah dimuat di rubrik "ikhwan", majalah PERMATA edisi Mei 2004]

Pedoman Hakikat Cinta

Allah ta’ala telah memberikan sebuah pedoman untuk mengetahui hakikat pengakuan cinta seseorang, (yaitu) bahwa yang menjadi ukuran dan bukti cinta seseorang kepada Allah ta’ala adalah sejauh mana dia dalam ber ittiba’ (mengikuti petunjuk) Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Allah berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ

”Katakanlah: ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian’. Allah Maha Pengampun dan Penyanyang” (QS. Ali-’Imron: 31)

Ittiba’ kepada Rasulullah merupakan bukti cinta hamba kepada Allah ta’ala. Dan Allah ta’ala memberikan janji kepada hamba-Nya berupa balasan cinta-Nya ketika memenuhi syarat cinta. Karena yang paling penting dan paling agung bukanlah pengakuan hamba bahwa ia mencintai-Nya, namun yang paling penting dan agung adalah ketika ia dicintai dan dibalas cintanya oleh yang dicintainya.

Ayat ini juga menunjukkan bahwa ittiba’ kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah bukti dan realisasi pengakuan cinta seseorang kepada Rasulullah yang harus didahulukan dan diletakkan di atas cinta kepada yang lainnya. Dan inilah hakikat cinta kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam yang sebenarnya. Barangsiapa yang menyelisihi, menyimpang dan meninggalkan ittiba’, apalagi mengolok-olok, meremehkan, menghina dan menghujat sunnah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, berarti dia telah bermaksiat kepada Allah ta’ala, sekaligus menafikan kesempurnaan atau bahkan seluruh imannya.

Hanya kepada-Nya lah seharusnya kita memberikan cinta di atas cinta. Walillahil mahabbah.

Cinta Hakiki Cinta Yang Terbukti

Cinta butuh kepada bukti untuk bisa diakui kebenaran cintanya. Karena siapapun bisa saja mengaku cinta, namun tidak semua pengakuan cinta itu hakiki dan sejati, dan tidak semua pengakuan cinta itu abadi. Ada tanda-tanda dan bukti cinta yang harus diwujudkan hingga bisa diketahui manakah sebenarnya cinta yang sejati dan mana yang hanya sekedar cinta palsu. Demikian pula apakah cinta itu tulus dan murni ataukah sebenarnya ada keinginan lain dibalik pengakuan cinta, apalagi jika pengakuan cinta itu ditujukan kepada Allah dan Rasul-Nya, atau cinta karena Allah ta’ala dan benci karena-Nya; tentu bukan pengakuan yang sepele dan mudah diucapkan begitu saja, tetapi disinilah ukuran iman akan ditentukan. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

”Tidaklah seorang hamba beriman hingga aku menjadi orang yang lebih ia cintai daripada keluarganya, hartanya dan manusia semuanya.” (HR. Bukhori)

Allah ta’ala juga berfirman:

”Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri” (QS. Al-Ahzab: 6).

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam radliyallahu’anhu bahwa ia berkata: Kami bersama Nabi shallallahu’alaihi wa sallam ketika itu beliau shallallahu’alaihi wa sallam menggandeng Umar bin al Khattab radliyallahu’anhu lalu Umar berkata kepada beliau,

”Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri”.

Maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

”Tidak ![4] Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan Nya, hingga aku menjadi orang yang lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri”

Maka ’Umar radliyallahu’anhu pun berkata kepada beliau, ”Sesungguhnya sekarang, Demi Allah, engkau sungguh lebih aku cintai daripada diriku sendiri”.

Maka beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

”Sekaranglah wahai Umar !”[5] yakni, baru sekaranglah imanmu sempurna.

Yang berhak dicinta di atas cinta

Cinta, sebuah kata yang indah didengar, manis diucapkan, nikmat dirasakan. Cinta adalah karunia dan rohmat dari Allah ta’ala yang Dia berikan dan Dia bagikan kepada manusia.

Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah menjadikan cinta sebagai jalan menuju apa yang dicintai-Nya, dan telah menjadikan ketaatan dan ketundukan kepada-Nya sebagai dalil atas kebenaran dan kejujuran cinta. Dia-lah yang telah menggerakkan jiwa dengan cinta menuju kesempunaan. Mahasuci Allah yang telah memalingkan hati kepada yang Dia kehendaki dan untuk apa yang Dia kehendaki dengan kekuasaan-Nya. Dia lah yang menjadikan cinta bercorak dan bercita warna, membagikan cinta kepada para hamba-Nya, memberikan pilihan kepada mereka apa dan siapa yang dicintainya; ada cinta yang mulia dan ada yang hina, ada yang cinta harta, wanita, tahta dan segala yang nista.

Namun ada sebuah cinta yang paling mulia, (yaitu) cinta kepada Sang Pencipta cinta, yang telah menciptakan alam semesta dengan cinta, dan untuk cinta, karena pada hakikatnya cinta yang tertinggi dan termulia dari hamba adalah menghamba kepada-Nya. Dan tiada yang berhak menerima cinta termulia ini melainkan Dzat yang seluruh alam semesta harus tunduk kepada-Nya. Karena tidaklah jin dan manusia diciptakan melainkan untuk menghamba kepada-Nya. Dan seluruh cinta harus tunduk di bawah cinta-Nya dan cinta karena-Nya.

Semakin bertambah cinta seorang mukmin kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya, semakin bertambah pula rasa manis imannya. Karena iman memiliki rasa manis dalam hati, kelezatan iman yang tidak diketahui melainkan oleh Allah ta’ala, itulah cinta di atas cinta[3].